Mitos Bayi Alergi ASI: Fakta, Penyebab, dan Cara Pencegahan untuk Ibu Menyusui
![]() |
Ilustrasi ibu menyusui/ Foto: Istock |
Serkit Sehat - Setiap orang tua tentu ingin memberikan yang terbaik bagi buah hatinya, termasuk dalam hal nutrisi.
ASI (Air Susu Ibu) merupakan sumber gizi utama bagi bayi baru lahir hingga usia enam bulan. Namun, sebagian ibu sering kali khawatir bayinya mengalami alergi ASI.
Pertanyaan pun muncul: Apakah benar bayi bisa alergi ASI?
Menurut para ahli, sebenarnya tidak ada istilah bayi alergi terhadap ASI itu sendiri. Alergi yang terjadi biasanya dipicu oleh zat atau protein tertentu dari makanan dan minuman yang dikonsumsi ibu menyusui. Dengan kata lain, ASI bukanlah penyebab utama, melainkan perantara zat alergen masuk ke tubuh bayi.
Mengapa Bayi Bisa Tampak Seperti Alergi ASI?
Beberapa kandungan makanan yang dikonsumsi ibu dapat terserap ke dalam ASI. Bila bayi memiliki sistem pencernaan yang masih sensitif, maka reaksi alergi bisa muncul. Kondisi ini memang jarang, tetapi tetap perlu diwaspadai.
Ciri-ciri bayi yang tampak alergi ASI antara lain:
-
Gumoh Berlebihan
Gumoh adalah hal wajar pada bayi, biasanya hanya sedikit cairan yang keluar tanpa kontraksi perut. Namun, bila gumoh terlalu sering (lebih dari 4 kali sehari) atau berlebihan, sebaiknya segera konsultasi ke dokter. -
Ruam dan Kemerahan di Kulit
Kulit bayi bisa menunjukkan tanda alergi berupa ruam, bercak merah, atau gatal. Ini sering terjadi bila ibu mengonsumsi makanan laut atau makanan tinggi alergen. -
Sesak Napas atau Mengi
Jika bayi tampak kesulitan bernapas atau terdengar bunyi "ngik-ngik" setelah menyusu, bisa jadi itu reaksi alergi. Meski mirip gejala asma, penyebabnya bisa terkait dengan asupan makanan ibu. -
Diare
Diare pada bayi, terutama yang muncul segera setelah menyusu, bisa jadi pertanda pencernaan bayi tidak cocok dengan protein tertentu dalam ASI. Kondisi ini cukup serius karena bisa mengakibatkan dehidrasi.
Makanan dan Minuman yang Bisa Picu Alergi Bayi Lewat ASI
Ada beberapa jenis makanan dan minuman yang perlu diwaspadai ibu menyusui, antara lain:
-
Susu Sapi dan Olahannya
Protein susu sapi sering kali menjadi penyebab utama alergi pada bayi. Jika bayi menunjukkan gejala alergi, ibu disarankan berhenti konsumsi susu sapi selama 2–4 minggu. -
Buah-buahan Sitrus (Jeruk, Lemon, dll.)
Kandungan asam sitrat bisa menimbulkan iritasi atau alergi pada bayi yang sensitif. -
Telur dan Kacang-kacangan
Dua bahan makanan ini termasuk alergen yang paling umum. Jika bayi menunjukkan reaksi alergi, sebaiknya konsumsi dihentikan sementara. -
Makanan Pedas dan Berserat Tinggi
Cabai, bawang, serta brokoli bisa memengaruhi sistem pencernaan bayi, membuatnya lebih rewel atau perut kembung. -
Kopi dan Minuman Berkafein
Kafein bisa terbawa ke dalam ASI dan memengaruhi pola tidur bayi. Konsumsi berlebihan dapat membuat bayi lebih gelisah. -
Alkohol
Sebaiknya ibu menyusui benar-benar menghindari minuman beralkohol, karena kandungannya dapat merusak kesehatan bayi. -
Ikan Tinggi Merkuri
Beberapa jenis ikan seperti makarel, tuna besar, dan todak mengandung merkuri tinggi yang berisiko mengganggu perkembangan otak bayi.
Bagaimana Cara Mencegah Bayi Alergi ASI?
Mencegah tentu lebih baik daripada mengobati. Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan ibu menyusui agar bayi tetap sehat dan terhindar dari alergi:
-
Jaga Pola Makan Seimbang
Konsumsi makanan bergizi lengkap dengan porsi yang seimbang. Hindari makanan yang berpotensi tinggi menyebabkan alergi jika bayi sudah menunjukkan gejala. -
Pengenalan Makanan Pendamping ASI (MPASI) Bertahap
Saat bayi memasuki usia 6 bulan, berikan MPASI secara bertahap. Mulailah dengan satu jenis makanan, dalam porsi kecil, dan pantau reaksi bayi. -
Hindari Paparan Asap Rokok
Asap rokok bisa memperparah kondisi alergi atau gangguan pernapasan pada bayi. -
Rutin Membersihkan Lingkungan
Debu, tungau, dan alergen lingkungan bisa memperparah gejala alergi. Pastikan rumah selalu bersih dan sehat. -
ASI Eksklusif 6 Bulan Pertama
Pemberian ASI eksklusif tanpa tambahan susu formula bisa membantu memperkuat daya tahan tubuh bayi. -
Konsultasi dengan Dokter Anak
Jika bayi menunjukkan tanda alergi yang cukup parah, segera periksakan ke dokter. Dokter bisa memberikan panduan diet untuk ibu menyusui atau merekomendasikan alternatif susu formula khusus (seperti susu hidrolisat parsial atau total).
Apakah Bayi Alergi ASI Harus Berhenti Menyusu?
Meski bayi tampak mengalami reaksi alergi, ASI tetap menjadi sumber nutrisi terbaik bagi bayi. Jangan terburu-buru menghentikan pemberian ASI eksklusif.
Langkah yang tepat adalah mengidentifikasi makanan pemicu alergi dari pola makan ibu lalu menghindarinya. Dengan demikian, bayi tetap bisa mendapatkan manfaat gizi dari ASI tanpa harus berisiko alergi.
Kesimpulan
Mitos bayi alergi ASI sering membuat ibu menyusui khawatir. Faktanya, bayi tidak alergi terhadap ASI, melainkan terhadap zat yang terbawa dari makanan atau minuman ibu.
Beberapa makanan seperti susu sapi, telur, kacang-kacangan, buah sitrus, dan ikan tinggi merkuri perlu diperhatikan. Jika bayi menunjukkan gejala seperti gumoh berlebihan, ruam, diare, atau sesak napas, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter.
ASI tetap merupakan sumber nutrisi terbaik yang tidak tergantikan. Dengan pola makan sehat dan pengawasan yang tepat, ibu bisa tetap memberikan ASI eksklusif sekaligus menjaga kesehatan bayi dari risiko alergi.***