Tools:
Powered by AdinJava

Hamil Lewat Waktu: Antara Rasa Cemas dan Harapan Baru

Table of Contents

Serkit Sehat - Setiap ibu tentu mendambakan proses persalinan yang lancar, aman, nyaman, sehat, dan tepat waktu

Namun, bagaimana jika usia kehamilan sudah melewati Hari Perkiraan Lahir (HPL), bahkan mendekati 42 minggu, tetapi tanda-tanda persalinan belum juga muncul? 

Apakah ini berarti ibu harus segera masuk rumah sakit untuk dilakukan induksi?

Jawabannya tidak selalu demikian. Mari kita bahas lebih dalam tentang apa itu kehamilan lewat waktu, bagaimana cara menentukannya, hingga pilihan yang bisa diambil ibu hamil.


Apa Itu Kehamilan Lewat Waktu?

Secara umum, kehamilan berlangsung selama 40 minggu atau 280 hari, dihitung sejak Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT). Kehamilan aterm atau normal biasanya terjadi pada usia 38–42 minggu.

Namun, sekitar 3–14% kehamilan berlangsung hingga 42 minggu atau lebih. Kondisi ini dalam istilah medis disebut serotinus, yaitu kehamilan yang melebihi 294 hari sejak HPHT dengan siklus menstruasi rata-rata 28 hari, tetapi persalinan belum terjadi.

Kehamilan lewat waktu dikategorikan sebagai kehamilan berisiko tinggi karena bisa memicu komplikasi baik pada ibu maupun janin, seperti kekurangan nutrisi dan oksigen, hingga meningkatnya risiko kematian perinatal.


Menghitung Hari Perkiraan Lahir (HPL)

Menentukan HPL bisa dilakukan dengan beberapa cara.

1. Rumus Naegele


Siapa sih yang tidak ingin melahirkan lancar “Hamil Lewat Waktu” – Antara Galau dan Excited!

Metode klasik yang banyak digunakan adalah rumus Naegele, yang menghitung HPL berdasarkan HPHT.

  • Jika HPHT jatuh pada Januari–Maret: HPL = HPHT + 7 hari, bulan + 9, tahun sama.

  • Jika HPHT jatuh pada April–Desember: HPL = HPHT + 7 hari, bulan – 3, tahun + 1.

Contoh:

  • HPHT 18 Januari 2020 → HPL 25 Oktober 2020.

  • HPHT 5 Mei 2020 → HPL 12 Februari 2021.

2. Rumus Parikh

Jika siklus menstruasi lebih panjang atau tidak teratur, digunakan rumus Parikh:
HPL = HPHT + 9 bulan + (lama siklus – 21 hari).

Misalnya HPHT 1 Januari 2019 dengan siklus 35 hari → HPL 15 Oktober 2019.

Meski begitu, kedua metode ini tidak selalu akurat karena banyak faktor yang memengaruhi, seperti kapan ovulasi terjadi atau kapan pembuahan benar-benar berlangsung.


Mengapa Bisa Lewat Waktu?

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan persalinan mundur antara lain:

  • Kehamilan pertama (primigravida).

  • Tidak tahu pasti kapan HPHT.

  • Siklus menstruasi tidak teratur.

  • Riwayat keluarga dengan persalinan lewat waktu.

  • Obesitas pada ibu hamil.

  • Posisi janin yang belum optimal.

Bahkan, terkadang kehamilan yang dianggap “terlambat” hanyalah akibat perhitungan tanggal yang kurang tepat.

Siapa sih yang tidak ingin melahirkan lancar “Hamil Lewat Waktu” – Antara Galau dan Excited!

Risiko Kehamilan Lewat Waktu

Kehamilan lebih dari 42 minggu bisa menimbulkan risiko, di antaranya:

  • Bayi terlalu besar (makrosomia) sehingga sulit lahir normal.

  • Penurunan fungsi plasenta yang membuat janin kekurangan nutrisi.

  • Air ketuban berkurang sehingga janin tidak nyaman.

  • Risiko bayi menelan mekonium (kotoran pertama) yang bisa menyebabkan gangguan pernapasan.

  • Peningkatan kemungkinan persalinan dengan operasi caesar.

  • Risiko perdarahan pasca persalinan pada ibu.

Siapa sih yang tidak ingin melahirkan lancar “Hamil Lewat Waktu” – Antara Galau dan Excited!

Pilihan Tindakan Saat Hamil Lewat Waktu

Jika HPL sudah terlewati, ada beberapa langkah yang bisa dipertimbangkan:

1. Pemantauan Ketat

Ibu hamil bisa memilih untuk tidak langsung diinduksi, melainkan menjalani pemantauan rutin:

  • Pemeriksaan detak jantung janin 2 kali seminggu.

  • USG untuk melihat kondisi air ketuban.

  • Observasi pergerakan janin.

2. Induksi Medis

Jika dokter menilai kondisi janin mulai berisiko, maka induksi bisa dipertimbangkan dengan beberapa metode, seperti:

  • Membran sweeping (menyapu selaput ketuban).

  • Pemecahan ketuban (amniotomi).

  • Pemberian oksitosin melalui infus untuk merangsang kontraksi.

Setiap tindakan medis tentu memiliki risiko sehingga perlu dipertimbangkan matang-matang.

3. Induksi Alami

Beberapa ibu lebih memilih mencoba cara alami sebelum menerima induksi medis, misalnya:

  • Jalan kaki ringan.

  • Stimulasi puting.

  • Hubungan seksual (jika aman dan direkomendasikan dokter).

  • Relaksasi dengan teknik pernapasan atau yoga kehamilan.

Namun, metode alami tidak selalu berhasil, terutama jika tubuh dan bayi memang belum siap.


Posisi Janin dan Kesiapan Persalinan

Salah satu alasan mengapa persalinan tidak kunjung dimulai bisa jadi karena posisi bayi belum optimal. Posisi terbaik adalah oksiput anterior (OA), yaitu bagian belakang kepala bayi menghadap ke depan rahim.

Jika bayi berada di posisi posterior (telentang) atau bahkan melintang, kontraksi bisa tidak efektif sehingga persalinan tertunda. Inilah mengapa bidan atau dokter biasanya akan memeriksa posisi janin terlebih dahulu sebelum memutuskan induksi.


Mengelola Kecemasan Saat Hamil Lewat Waktu

Wajar jika ibu merasa cemas, apalagi ketika HPL sudah lewat. Namun, perlu diingat bahwa 90% ketakutan ibu hamil sering kali tidak terjadi. Justru, stres berlebihan bisa berdampak negatif pada kondisi ibu dan janin.

Oleh karena itu, penting untuk:

  • Tetap tenang dan percaya pada proses tubuh.

  • Mendapat dukungan dari pasangan dan keluarga.

  • Aktif berdiskusi dengan tenaga kesehatan mengenai pilihan terbaik.


Kesimpulan

Kehamilan lewat waktu memang bisa menimbulkan rasa galau sekaligus harapan baru. Tidak semua kondisi membutuhkan induksi segera. Yang terpenting adalah pemantauan ketat terhadap kesehatan ibu dan janin, serta komunikasi terbuka dengan dokter atau bidan.

Pengetahuan adalah kekuatan. Dengan informasi yang cukup, ibu bisa membuat keputusan yang bijak dan penuh keyakinan untuk menghadapi momen persalinan.***