Presbikusis: Gangguan Pendengaran pada Lansia yang Perlu Diwaspadai
serkit-sehat - Mengalami penurunan fungsi pendengaran seiring bertambahnya usia adalah hal yang cukup umum terjadi. Kondisi ini dikenal dengan istilah presbikusis, yaitu gangguan pendengaran akibat proses penuaan yang berjalan secara bertahap.
Meski sering dianggap sebagai hal yang wajar, sebenarnya presbikusis dapat berdampak besar pada kualitas hidup seseorang, terutama dalam hal komunikasi dan interaksi sosial.
Artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai apa itu presbikusis, penyebab, gejala, cara diagnosis, hingga langkah-langkah mengatasinya.
Jika Anda atau orang terdekat mulai menunjukkan tanda-tanda gangguan pendengaran, memahami kondisi ini adalah langkah penting untuk menghadapinya dengan lebih bijak.
Untuk informasi kesehatan lain yang relevan, Anda juga bisa mengunjungi serkit-sehat.blogspot.com.
Apa Itu Presbikusis?
Presbikusis adalah bentuk gangguan pendengaran yang paling umum dialami oleh orang lanjut usia. Kondisi ini biasanya tidak terjadi secara mendadak, melainkan perlahan-lahan selama bertahun-tahun.
Menurut data medis, sekitar 30–35% orang berusia di atas 65 tahun mengalami penurunan pendengaran. Angka ini meningkat menjadi 40–50% pada usia 75 tahun ke atas.
Hal ini membuktikan bahwa presbikusis merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup signifikan di kalangan lansia.
Ciri khas dari presbikusis adalah kesulitan mendengar suara bernada tinggi. Misalnya, penderita dapat mendengar suara drum atau bass dengan jelas, namun kesulitan menangkap suara perempuan atau suara anak-anak yang lebih tinggi nada suaranya.
Kondisi ini sering menyebabkan penderita merasa orang lain sedang bergumam, padahal lawan bicara sudah berbicara dengan jelas.
Penyebab Presbikusis
Ada banyak faktor yang memengaruhi munculnya presbikusis. Faktor usia tentu menjadi penyebab utama, namun beberapa hal lain juga ikut berkontribusi:
-
Perubahan pada telinga bagian dalam
Sel-sel rambut sensorik yang ada di koklea telinga bagian dalam berfungsi menangkap gelombang suara. Seiring bertambahnya usia, sel-sel ini dapat rusak atau hilang, sehingga kemampuan pendengaran berkurang. -
Perubahan pada telinga bagian tengah
Gangguan pada gendang telinga atau tulang kecil di telinga tengah juga dapat menurunkan kemampuan menghantarkan suara. -
Kerusakan jalur saraf ke otak
Proses penghantaran sinyal suara ke otak bisa terganggu akibat penuaan pada saraf pendengaran. -
Paparan kebisingan
Suara keras dari lingkungan kerja, musik dengan volume tinggi, atau bising lalu lintas dapat mempercepat kerusakan pendengaran. -
Faktor genetik
Ada orang yang memang lebih rentan mengalami presbikusis karena faktor keturunan. -
Penyakit tertentu
Diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung diketahui berhubungan dengan meningkatnya risiko gangguan pendengaran. -
Obat-obatan
Beberapa obat, seperti aspirin dosis tinggi, antibiotik tertentu, atau obat kemoterapi, dapat menimbulkan efek samping berupa penurunan pendengaran.
Gejala Presbikusis
Presbikusis sering kali sulit disadari karena perkembangannya lambat. Gejala biasanya mulai terasa setelah kerusakan cukup signifikan. Berikut adalah tanda-tanda yang umum muncul:
-
Suara terdengar seperti bergumam atau tidak jelas.
-
Sulit membedakan suara bernada tinggi seperti huruf “s” dan “th”.
-
Kesulitan memahami percakapan di tempat ramai atau dengan latar belakang bising.
-
Suara pria lebih mudah didengar dibanding suara wanita atau anak-anak.
-
Tinnitus, yaitu terdengar suara berdenging, mendesis, atau berderu pada satu atau kedua telinga.
-
Merasa percakapan harus diulang-ulang karena tidak jelas.
-
Beberapa suara terdengar terlalu keras atau mengganggu.
Kondisi ini jika tidak ditangani bisa memicu stres, menarik diri dari pergaulan, hingga depresi karena merasa kesulitan berinteraksi.
Diagnosis Presbikusis
Untuk memastikan apakah seseorang mengalami presbikusis, langkah diagnosis biasanya meliputi:
-
Wawancara medis
Dokter akan menanyakan riwayat kesehatan, gejala yang dialami, serta kebiasaan sehari-hari pasien. -
Pemeriksaan fisik telinga
Menggunakan otoskop, dokter memeriksa adanya penyumbatan kotoran telinga, infeksi, atau kerusakan gendang telinga. -
Audiogram
Tes pendengaran dengan headphone di mana pasien diminta merespons suara pada berbagai nada dan volume. Dari sini, dokter dapat menilai tingkat keparahan gangguan pendengaran.
Cara Mengatasi Presbikusis
Penanganan presbikusis bervariasi tergantung tingkat keparahan. Berikut beberapa metode yang umum dilakukan:
1. Alat Bantu Dengar
Perangkat kecil ini dapat dipasang di belakang atau dalam telinga untuk memperkuat suara. Jenis dan ukurannya beragam, tergantung kebutuhan penderita. Alat bantu dengar membantu penderita tetap bisa berinteraksi tanpa harus meningkatkan volume suara secara berlebihan.
2. Implan Koklea
Bagi penderita dengan gangguan pendengaran berat, dokter dapat merekomendasikan implan koklea, yaitu perangkat elektronik kecil yang dipasang melalui operasi di telinga bagian dalam. Alat ini membantu menggantikan fungsi sel-sel rambut yang sudah rusak.
3. Perangkat Bantu Lainnya
Selain alat bantu dengar, ada perangkat tambahan seperti amplifier telepon atau teknologi yang mengubah ucapan menjadi teks secara real-time.
4. Latihan Membaca Bibir
Bagi sebagian orang, membaca gerakan bibir dan bahasa tubuh lawan bicara dapat membantu memahami percakapan. Teknik ini membutuhkan latihan dan konsentrasi, tetapi terbukti bermanfaat.
Tips Komunikasi dengan Penderita Presbikusis
Jika Anda berinteraksi dengan orang yang mengalami presbikusis, ada beberapa tips sederhana yang bisa membantu:
-
Berbicara sambil menghadap wajah lawan bicara.
-
Pastikan pencahayaan cukup agar ekspresi wajah dan gerakan bibir terlihat jelas.
-
Kurangi kebisingan di sekitar, seperti mematikan TV atau radio saat berbicara.
-
Jangan berbicara sambil makan atau menutup mulut dengan tangan.
-
Gunakan kalimat singkat dan jelas.
-
Gunakan nada suara normal, tidak perlu berteriak.
-
Jika di tempat umum, pilih lokasi duduk yang lebih tenang.
Kesimpulan
Presbikusis adalah masalah kesehatan yang umum terjadi pada usia lanjut. Meski tidak bisa sepenuhnya dicegah, dampaknya dapat diminimalisir dengan deteksi dini dan penggunaan alat bantu yang tepat.
Menjaga kesehatan telinga sejak muda, menghindari paparan bising berlebihan, serta memeriksakan pendengaran secara rutin dapat membantu memperlambat proses penurunan ini.
Gangguan pendengaran bukan berarti akhir dari komunikasi. Dengan perawatan yang tepat, penderita tetap bisa menjalani kehidupan sosial yang baik dan produktif.
Untuk informasi lebih lengkap seputar kesehatan dan tips bermanfaat lainnya, Anda dapat mengunjungi serkit-sehat.
Sumber:
- Age-related hearing loss – https://medlineplus.gov/ency/article/001045.htm diakses 17 Juli 2019
- Presbycusis – https://www.nidcd.nih.gov/sites/default/files/Content%20Images/presbycusis.pdf diakses 17 Juli 2019
- Age-Related Hearing Loss (Presbycusis) – https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/presbycusis diakses 17 Juli 2019
- Age-Related Hearing Loss – https://my.clevelandclinic.org/health/articles/5840-age-related-hearing-loss diakses 17 Juli 2019