Tools:
Powered by AdinJava

Awkarin, Cuitan Xanax, dan Kontroversinya: Fakta, Risiko, dan Edukasi Kesehatan Mental

Table of Contents

 

Photo Source: Twitter/awkarin

serkit-sehat - Awkarin sempat jadi sorotan publik setelah cuitannya soal konsumsi obat Xanax. Apa itu Xanax, apa manfaat dan risikonya jika digunakan sembarangan, serta mengapa hal ini menimbulkan kontroversi? Baca ulasan lengkapnya di sini.

Awkarin dan Cuitan Xanax yang Jadi Sorotan

Karin Novilda, atau lebih dikenal dengan nama Awkarin, adalah salah satu selebgram, influencer, sekaligus YouTuber paling populer di Indonesia. Karakternya yang blak-blakan sering menimbulkan perbincangan publik, baik karena gaya hidupnya maupun opininya di media sosial.

Pada 13 Juli 2019, nama Awkarin kembali menjadi trending topic setelah menulis sebuah cuitan di Twitter. Dalam unggahan itu, ia mengaku terbiasa mengonsumsi obat Xanax.

Tak butuh waktu lama, cuitan tersebut langsung menuai reaksi keras dari warganet. Sebagian publik menilai ucapannya kontroversial. 

Alasannya sederhana: Awkarin memiliki jutaan pengikut di berbagai platform media sosial. Dengan pengaruh sebesar itu, pernyataannya dianggap bisa mendorong pengikutnya untuk menormalisasi konsumsi Xanax, bahkan menjadikannya seolah gaya hidup.

Kekhawatiran semakin besar karena obat ini bukanlah obat biasa. Xanax termasuk kategori obat keras yang penggunaannya harus diawasi dokter. 

Salah seorang pengguna Twitter dengan akun @tontham bahkan menyoroti potensi overdosis akibat penyalahgunaan obat penenang ini. Ia mencontohkan kasus kematian diva dunia Whitney Houston, yang salah satunya terkait dengan penggunaan obat golongan benzodiazepine.

Beberapa jam kemudian, Awkarin mengunggah klarifikasi. Ia menyatakan bahwa obat tersebut diperoleh dari psikiater, sehingga penggunaannya memang melalui resep resmi dokter. 

Kendati demikian, banyak publik sudah terlanjur menganggap cuitan awalnya bisa menimbulkan dampak negatif, terutama bagi orang yang rentan secara mental dan emosional.


Apa Itu Xanax?

Xanax adalah nama dagang dari obat yang mengandung alprazolam, termasuk dalam golongan benzodiazepine. Obat ini diresepkan untuk menangani gangguan kecemasan (anxiety disorder), serangan panik, hingga depresi.

Cara kerjanya adalah dengan meningkatkan efek zat alami otak bernama asam gamma aminobutirat (GABA). GABA berperan dalam menenangkan sistem saraf sehingga menimbulkan rasa rileks dan tenang.

Biasanya, dosis Xanax yang diresepkan adalah 0,25–0,5 mg sebanyak tiga kali sehari. Namun, dosis ini sangat bergantung pada kondisi pasien, usia, hingga riwayat kesehatan. Oleh karena itu, penggunaan Xanax tidak boleh dilakukan tanpa resep dokter.


Fungsi Utama Xanax

Secara medis, Xanax memiliki beberapa fungsi penting, antara lain:

  • Meredakan kecemasan berlebihan

  • Mengatasi serangan panik yang sering ditandai dengan jantung berdebar, sesak napas, atau rasa takut ekstrem

  • Menenangkan pikiran pada pasien dengan depresi tertentu

  • Membantu pasien bipolar yang mengalami kecemasan dan panik

Walaupun bermanfaat, Xanax biasanya hanya diberikan untuk terapi jangka pendek. Dokter akan melakukan evaluasi secara rutin agar pasien tidak mengalami efek samping maupun ketergantungan.


Fakta dan Risiko Xanax

Kasus Awkarin membuka mata banyak orang tentang pentingnya memahami risiko penggunaan obat psikiatri. Berikut beberapa hal penting yang perlu diketahui:

1. Xanax Bukan Obat Tidur

Efek Xanax memang bisa membuat tubuh mengantuk, tetapi bukan berarti obat ini bisa digunakan untuk mengatasi insomnia. Xanax termasuk obat antiansietas, bukan terapi tidur. Jika dikonsumsi orang sehat hanya karena sulit tidur, justru bisa menimbulkan risiko berbahaya.

2. Bisa Menyebabkan Ketergantungan

Penggunaan Xanax dalam jangka panjang dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologis. Jika dihentikan mendadak, pasien bisa mengalami gejala putus obat atau sakau. Risiko ini lebih tinggi bagi orang yang pernah menyalahgunakan narkoba atau alkohol.

3. Berpengaruh pada Fungsi Otak

Penelitian menunjukkan konsumsi Xanax berlebihan bisa mengganggu memori jangka pendek. Hal ini disebabkan oleh penekanan neurotransmitter asetilkolin, yang berperan dalam pengendalian memori. Efek sampingnya antara lain mudah lupa, sulit berkonsentrasi, bahkan gejala seperti pikun.

4. Bisa Memicu Depresi pada Orang Sehat

Ironisnya, jika Xanax dikonsumsi orang yang tidak mengalami gangguan mental, justru bisa memicu masalah baru seperti depresi, kecemasan, dan insomnia. Hal ini berlawanan dengan fungsi awalnya sebagai pereda kecemasan.

5. Menimbulkan Gangguan Fungsi Seksual

Sebuah penelitian dari New England Research Institutes oleh Varant Kupelian mengungkapkan bahwa penggunaan Xanax sembarangan bisa meningkatkan risiko disfungsi seksual, termasuk impotensi pada pria.


Mengapa Cuitan Awkarin Jadi Kontroversi?

Ada dua faktor utama yang membuat pernyataan Awkarin menuai pro-kontra:

  1. Besarnya pengaruh sebagai figur publik
    Dengan jutaan pengikut, apa pun yang ditulis Awkarin bisa membentuk opini publik, terutama remaja yang masih rentan mencari identitas. Kekhawatiran terbesar adalah munculnya tren konsumsi obat penenang tanpa pengawasan medis.

  2. Adanya glorifikasi obat psikotropika di kalangan muda
    Beberapa pihak menilai bahwa sebagian generasi muda cenderung menganggap obat penenang sebagai bagian dari gaya hidup. Pandangan ini sangat berbahaya karena bisa memicu penyalahgunaan dan ketergantungan.

Meski sudah mengklarifikasi bahwa obatnya diperoleh dari psikiater, persepsi publik tetap terlanjur terbentuk. Itulah mengapa cuitannya dipandang problematik.


Pentingnya Edukasi tentang Obat Psikiatri

Kontroversi Awkarin dapat dijadikan bahan refleksi. Banyak masyarakat Indonesia yang masih belum memahami bahwa obat psikiatri adalah bagian penting dari perawatan kesehatan mental.

Hal-hal yang perlu disadari masyarakat antara lain:

  • Xanax hanya boleh digunakan dengan resep dokter

  • Pemantauan berkala sangat penting untuk mencegah ketergantungan

  • Konsumsi tanpa pengawasan medis bisa menimbulkan risiko kesehatan serius

Dengan edukasi yang tepat, pasien yang benar-benar membutuhkan dapat memperoleh manfaat dari obat ini tanpa takut salah kaprah, sementara masyarakat awam tidak lagi menganggap obat penenang sebagai gaya hidup.


Kesimpulan

Kasus Awkarin dan cuitan Xanax pada 2019 bukan hanya sekadar kontroversi selebritas, melainkan pengingat penting tentang cara masyarakat memandang obat psikiatri. Xanax memiliki manfaat besar bagi pasien dengan depresi, kecemasan, atau serangan panik, tetapi tidak boleh digunakan sembarangan.

Sebagai figur publik, pernyataan Awkarin wajar menuai reaksi keras karena bisa memengaruhi jutaan pengikutnya. Namun, klarifikasinya bahwa obat tersebut diperoleh melalui psikiater menunjukkan bahwa ia tidak menggunakannya sembarangan.

Pelajaran penting dari kasus ini adalah perlunya edukasi kesehatan mental. Obat psikiatri bukan gaya hidup, melainkan terapi medis yang harus dijalani dengan penuh tanggung jawab. Dengan kesadaran bersama, risiko penyalahgunaan bisa ditekan, dan kesehatan mental masyarakat dapat lebih terlindungi.