Viral Video Tikus di Warteg: Kenali Bahaya Kesehatan dari Makanan yang Terkontaminasi
Serkit-Sehat - Jagat maya dihebohkan dengan video yang memperlihatkan seekor tikus bebas berkeliaran di atas meja sajian warteg.
Tikus bahkan tampak memakan lauk seperti oseng sayur, kol, dan tempe. Banyak warganet merasa jijik dan menyatakan tidak ingin lagi makan di tempat yang terlihat tidak higienis.
Tikus dikenal sebagai hewan yang kerap hidup di tempat kotor, seperti got, selokan, atau tempat sampah. Karena itu, tubuhnya membawa berbagai bibit penyakit yang dapat berpindah ke makanan saat bersentuhan.
Bahaya Makanan yang Terkontaminasi Tikus
Menurut dr. Rizky Putra, pakar kesehatan lingkungan, makanan yang digigit atau terpapar tikus dapat tercemar bakteri, virus, hingga parasit.
“Kita tidak tahu apa saja yang ada di air liur atau urine tikus. Saat mereka menggigit makanan, risiko penularan penyakit menjadi tinggi,” ujarnya.
Paparan ini dapat menyebabkan gangguan pencernaan seperti diare dan muntah, bahkan penyakit yang lebih berat, misalnya leptospirosis yang dapat merusak ginjal atau organ lain.
Penyakit yang Dapat Ditularkan Tikus
-
Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS)
Penyakit yang ditemukan sejak 1993 ini terjadi jika seseorang menghirup partikel dari urine, kotoran, atau air liur tikus. Gejalanya meliputi demam tinggi, sakit kepala, nyeri perut, muntah, dan diare, yang dapat berkembang menjadi gangguan pernapasan akibat cairan di paru-paru. -
Pes
Disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis yang dibawa kutu pada tubuh tikus. Gejala awal meliputi pembengkakan kelenjar getah bening di leher, ketiak, atau selangkangan. Jika tidak segera ditangani, pes bisa menyebabkan radang selaput otak (meningitis) yang berakibat fatal. -
Leptospirosis
Infeksi bakteri Leptospira ini dapat masuk melalui luka terbuka atau kontak dengan air yang terkontaminasi urine tikus. Leptospirosis bisa mengakibatkan gangguan ginjal, kerusakan hati, masalah pernapasan, hingga kematian jika tidak diobati. -
Rat Bite Fever (Demam Gigitan Tikus)
Disebabkan oleh bakteri Streptobacillus moniliformis atau Spirillum minus. Penularan terjadi melalui gigitan atau makanan yang terkontaminasi tikus. Gejala meliputi demam tinggi, nyeri otot dan sendi, sakit kepala, serta muntah. -
Lymphocytic Choriomeningitis (LCM)
Infeksi virus Lymphocytic Choriomeningitis dapat terjadi melalui paparan air liur, urine, atau feses tikus yang mencemari makanan. Penyakit ini berisiko menimbulkan radang otak dan selaput otak.
Antisipasi dan Tips Menjaga Kebersihan
Pakar menyarankan agar masyarakat lebih selektif dalam memilih tempat makan. Pastikan warung atau restoran menjaga kebersihan lingkungan dan peralatan masak.
Jika melihat tanda keberadaan tikus, seperti kotoran atau bau khas, sebaiknya hindari makan di tempat tersebut.
dr. Rizky Putra juga menekankan pentingnya edukasi bagi pemilik warteg. “Pemilik usaha kuliner wajib menjaga kebersihan dapur dan area penyajian.
Gunakan wadah tertutup untuk makanan yang sudah matang agar tidak dihinggapi tikus atau serangga,” katanya.
Video viral tentang tikus di warteg menjadi pengingat pentingnya menjaga higienitas makanan. Konsumen disarankan lebih waspada, sementara pelaku usaha kuliner perlu meningkatkan standar kebersihan.
Makanan yang terpapar tikus bukan hanya menjijikkan, tetapi juga dapat menimbulkan risiko kesehatan serius.***